Jumat, 20 Juni 2008

Peningkatan Padi Di Belu (SRI)


Keteguhan sang Inovator
System Rice Intensification
Desa Leontolu-Kabupaten Belu







Simon dan hasil panennya (sebelumnya hanya mendapatkan 11 karung dengan SRI mencapai 22 karung)

Simon adalah seorang petani padi sawah tadah hujan yang setiap tahunnya menanam padi bersamaan dengan musim penghujan. Areal yang ditanami Simon seluas 0,48 Ha. Pekerjaannya ini telah ditekuni bertahun-tahun dengan pola tanam yang didapat dari orang tuanya dan juga dari Penyuluh Pertanian yang ditugaskan di Desa Leontolu.

Kedatangan CARE di Desa tersebut pada awalnya tidak menarik perhatian Simon dan warga local lainnya sebab dalam pikiran mereka lembaga kemanusiaan seperti Care hanya akan memperhatikan warga Indonesia keturunan Timor-Timur (IDPs). Sehingga pada saat Care melakukan sosialisasi, PRA maupun Lokakarya Desa bagi Simon dan warga lainnya hanyalah membuang waktu saja.

Namun dari informasi yang Care dapatkan di PRA dengan peserta warga local yang terbatas team menemukan adanya “Masalah “ di sector ini khususnya dalam hal produksi Padi. Rata-rata petani Leontolu dan Rafae setiap tahunnya hanya mendapatkan 2-3 ton/ha (Gabah Kering Giling). Sedangkan menurut teknologi LEISA dengan menggunakan System Rice Intensification (SRI) dapat meningkatkan produksi mencapai 8 ton hingga 10 ton/ha. Berdasarkan masalah ini maka team CARE melakukan tahap berikutnya yaitu lokakarya desa agar dapat diambil keputusan bagi petani yang bersedia uji coba namun tidak satupun petani yang berminat ..komentar mereka ”terlalu banyak teori”. Staff CARE tidak putus asa dimana dengan melakukan terobosan langsung ikut petani ke sawahnya dan mulai melakukan pendekatan. Dari 10 petani yang didekati hanya Simon dan keluarganya yang bersedia itupun sifatnya Uji coba dengan luas lahan 0.48 Ha.

Pada saat Simon mulai menerapkan teknologi ini yang sangat bertentangan dengan teknologi biasanya (SRI = tanam 1 benih, umur benih = 8-12 hari, sedangkan biasanya tanam 4-6 benih, umur benih minimal 21 hari), mertua Simon katakan padanya ” Kau sudah gila, tanam benih umur 10 hari, bagaimana kamu percaya terhadap orang yang selalu pakai celana panjang” ...bahkan teman dekatnya pak Anis mengatakan ” Mereka (CARE) mulai merusak ajaran nenek moyang..mereka tahu apa...”
Simon tetap pada pendiriannya melakukan teknologi ini. Lokasi Simon adalah lokasi dimana banyak petani hilir mudik dan 3 minggu kemudian semua petani disekitarnya kaget ternyata padi Simon lebih subur serta lebih banyak anakannya jika dibandingkan dengan milik mereka. Maka Anis teman dekat Simon langsung saat itu juga ambil keputusan untuk melakukan teknologi ini dan mertua Simon ketika kunjungan Care Austria meminta SENSE Project jangan dihentikan dulu sebab mereka masih sangat mengharapkan dampingan dan binaan dari CARE. Mertua Simon serta masyarakat sekitarnya bertekat untuk musim tanam kedua (bagi yang masih ada air) akan menggunakan teknologi ini.

Simon telah menjadi seorang inovator di desanya dan dengan linangan air mata Simon katakan baru pernah ia panen sebanyak ini. Terima kasih CARE.
...Selamat atas Suksesnya Simon.....

2 komentar:

Pertanian Bajawa mengatakan...

berapa kali uji cobanya

sadipun mengatakan...

Uji coba yang kami sudah lakukan sebanyak 6 X, di wilayah lain kami dapatkan data bahwa dengan SRI dan bokashi maka hasil padi per ha dapat mencapai 10 ton /ha. Jika anda berminat kami dalam minggu depan akan tampilkan tulisan tentang budidaya padi dengan teknologi SRI

Rgds,

Sisil