Jumat, 14 Mei 2010

Kompos

KOMPOS, PROSES & KEUNTUNGANYA


1.1. Pengertian
Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang terjadi dari berbagai campuran bahan-bahan seperti : sampah-sampah pasar, daun-daunan dan ranting muda, rumput, jerami dan lain sebagainya, yang telah ditimbun beberapa waktu lamanya menjadi busuk dan hancur (Anonim, 1992).
Menurut Heru (2004), pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan kotoran hewan. Pupuk ini umumnya merupakan pupuk lengkap artinya mengandung unsur makro dan mikro tetapi dalam jumlah yang sedikit.
Rinsema (1986) menyatakan bahwa kompos adalah suatu produk yang terdiri sebagian besar dari sampah organik yang secara keseluruhan atau sebagian telah mengalami kondisi inkubasi dalam suhu yang tinggi. Untuk mendapatkan proses yang baik dari pembuatan kompos diperlukan tersediannya air, udara dan nitrogen.
Djoehana (1986) menyatakan bahwa bahan organik yang dapat dibuat menjadi kompos adalah bahan-bahan yang memiliki perbandingan kandungan karbon atau nitrogen yang berbeda-beda. Bahan organik dengan kandungan rasio karbon dan nitrogen tinggi pada proses pengomposan akan diubah menjadi rasio karbon dan nitrogen rendah mendekati kandungan karbon dan nitrogen tanah. Sehingga dapat segera terurai dan unsur-unsur hara yang dikandungnya mudah terserap oleh tanaman.

1.2. Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur secara merata. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Pada tahap awal, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti oleh peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga diatas 50 – 70 derajat celcius. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada tahap ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba didalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi C02, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobic (menggunakan oksigen) atau anaerobic (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan diatas adalah proses aerobic, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut dengan proses anaerobik.
Dibawah ini beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengomposan :
1. Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30 : 1 hingga 40 : 1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3. Aerasi
pengomposan yang cepar dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan. Apibila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Suhu yang berkisar anatara 30 – 60 derajat celcius menunjukkan aktifitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60 derajat celcius akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba pathogen tanaman.
5. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi ammonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan menigkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

1.3. Penggunaan Teknologi EM-4 dalam Pembuatan kompos
Isro (2002) menyatakan bahwa proses pengomposan alami memakan waktu yang sangat lama antara 6 – 12 bulan sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikrobia penghancur (dekomposer) yang berkemanpuan tinggi. Penggunaan mikrobia dapat mempersingkat process dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja.
Larutan EM-4 pertama kali ditemukan oleh Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Adapun penerapannya di Indonesia banyak dibantu oleh Gede Ngurah Wididana. EM-4 merupakan suatu inokulum yang mengandung 90 % bakteri fermentasi dari genus Lactobacillus yang berfungsi sebagai bakteri penghasil asam laktat. EM-4 bertindak sebagai inokulum yang berfungsi untuk mengaktifkan mikroorganisme yang sudah ada sehingga pengomposan berlangsung dengan baik.

1.2. Keuntungan Penggunaan Kompos
Dibawah ini adalah beberapa kelebihan dari kompos :
1. Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap
2. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara sebagai berikut :
- Menggemburkan dan meningkatkan ketersediaan bahan organik didalam tanah
- Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara.
- Memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dengan cara menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme tersebut.
- Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah.
- Membantu proses pelapukan bahan mineral
- Melindungi tanah terhadap kerusakan yang disebabkan oleh erosi
- Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
3. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
4. Menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan.

Tidak ada komentar: